Friday, September 16, 2011

Festival Telur

dalam menjalani hidup, gue sebenernya gak neko-neko. cuma pengen tenang dalam kekayaan, memiliki keluarga yang harmonis, punya banyak teman dan punya banyak waktu untuk diri sendiri. hahaha... kayak gitu kok gak neko-neko :p

but the truth is, gue sudah sampai ke psikolog. dan ini katanya tentang gue, 'kenapa kamu harus membuat masalah untuk merasakan hidup? padahal tanpa kamu membuat suatu masalah, masalah itu akan ada dengan sendrinya. itulah bagian dari hidup. menyelesaikan masalah'

gue bingung juga, tapi gue jawab, 'setiap orang kan punya masalah sendiri-sendiri. penyebabnya pun berbeda-beda. jadi, apakah tidak mungkin masalah saya adalah saya sendiri?'

dia jawab lagi, 'tapi, masalah yang kamu alami ini adalah masalah yang dibuat-buat. bukan masalah yang memang ada dan menghadang di hidup. masalah yang diberikan dari yang diatas'

gue jawab lagi dong, 'lalu apabila yang diatas itu dapat memberikan manusia sebuah masalah untuk diselesaikan, apakah masalah itu harus dari orang lain? apakah tidak mungkin yang diatas itu memberikan masalah melalui orang yang dibebankan masalah itu sendiri?'

dia jawab lagi, 'gini, jadi apabila yang diatas...'

gue muak dengan sebutan "yang diatas". karena menurut gue "atas" itu adalah arah yang ditunjukkan relatif dengan keberadaan kita yang sekarang. jadi apabila kita sedang berada di sisi bawah bumi, berarti atas kita adalah bawahnya bumi. gak bener kan?

gue selak, 'Tuhan'

dia mengkoreksi kata-katanya, 'ok, Tuhan. jadi apabila Tuhan memberikan masalah melalui kamu sendiri, berarti penyelesaian masalahnya itu bukanlah menyelesaikan masalah yang ada. tetapi menyelesaikan diri kamu. memperbaiki persepsi kamu tentang hidup. memasukkan batasan-batasan yang dapat menjauhkan kamu dari membuat suatu masalah baru. kamu tidak perlu berada dalam suatu masalah untuk menjadi hidup. tapi kamu perlu menghargai hidup dengan menikmati masalah-masalah itu sebagai bagian dalam hidup kamu. sehingga kamu tidak perlu membuat masalah yang lebih besar hanya untuk mengalahkan masalah kecil yang seharusnya dapat dengan mudah kamu selesaikan'

gue terdiam. beberapa saat. gue berdiri dan pergi ke jendela. merogoh kantong dan menyalakan rokok...

'hey, tidak boleh merokok disini!', hardik psikolog gue

oiya, gue lupa hahaha. kebanyakan nonton Mad Men. tampaknya gue kembali tenggelam dalam kelamnya pikiran gue sampai gue lupa gue lagi dimana. gue lari keluar dan merokok. i need 10-15 minutes to calm myself down.

setelah selesai, gue kembali lagi ke ruangan. gue duduk di sofa yang sangat klise itu. terlalu standar. sofa warna merah tua. kulit sintetis terbaik. dengan aksen ukiran jepara. cantik sekali. nyaman.

lalu gue bilang ke dia, 'saya sudah siap untuk sebuah festival telur'

kebingungan, dia bertanya, 'festival telur?'

dengan muka sangat serius gue jawab, 'ya, festival telur. saat hidup susah. tidak punya apa-apa. yang ada cuma sebuah festival telur. dimana makanan yang tersedia hanyalah telur. telur ceplok, dadar, rebus dan sebagainya. saya sadar kok betapa saya menghidari masalah-masalah saya dengan membuat masalah baru yang lebih kompleks. tapi apakah itu akan berhenti? apakah saya dapat menghentikan kebiasaan ini?'

dengan memainkan ballpoint di tangan, dia bertanya, 'bisa berhenti merokok?'

dengan cepat gue jawab, 'ingin. tapi sulit'

dia langsung mendebat, 'berarti bisa? begitu?'

dengan yakin gue jawab, 'ya. bisa. saya hanya perlu alasan yang kuat untuk melakukannya'

dia tersenyum menang. merebahkan punggungnya ke sandaran kursi besar itu sambil menggoyang-goyangkan kaki seperti anjing yang sedang senang menggoyang-goyangkan buntutnya.

gue terdiam sejenak. ikut-ikutan tersenyum. dan tanpa sadar gue bertanya entah pada siapa, 'kapan festival telur berikutnya dimulai?'

dia tertawa, gue tidak tertawa, karena sebentar lagi gue harus bayar konsultasi ini. sial :p

No comments:

Post a Comment