Wednesday, September 28, 2011

Rumah

yang gue pikirkan pertama kali saat sampai rumah adalah sambutan hangat dari orang tua (yes, i still live with my parents). mereka menanyakan tentang hari gue, dilanjutkan dengan diskusi dengan bokap tentang apapun juga. mulai dari adik-adik hingga hal-hal yang umum. suasana hangat ini yang bikin gue selalu rindu dengan rumah. yang selalu bikin gue ingin pulang dan merasakan damai, diterima dan dibutuhkan.

sedangkan kehidupan diluar sana, penuh dengan hiruk pikuk, ketergesa-gesaan, konspirasi, cinta palsu dan banyak hal negatif lainnya, sangat menantang untuk ditaklukkan dan tantangan itu yang membuat gue semangat bangun di pagi hari dan berangkat beraktifitas.

dalam menulis, gue punya 2 tempat. blog dan twitter. dua-duanya baru saja gue mulai beberapa waktu yang lalu. sebenarnya gue sudah lama bertwitter ria. dan sudah lama juga menulis blog. tapi semua itu entah gue lupa passwordnya atau sudah gue delete. gue butuh tempat baru untuk memulai kehidupan yang baru. tempat gue design untuk kenyamanan gue. kalau orang lain bisa merasa nyaman disini, ya silahkan saja bartandang sesekali.

pernah gue baca disebuah blog atau artikel di majalah, gue lupa itu siapa yang menulis, tapi tulisannya sangat sesuai dengan pikiran gue. dia mengibaratkan twitter sebagai sebuah warung kopi. yang ramai. dengan perbincangan kecil yang seru. siapapun boleh nimbrung asal nyambung.

oh kalau tidak salah yang menulis itu @katarangga (mudah2an benar)

riuh rendahnya twitter sangat mengundang seseorang untuk kembali, kembali dan kembali lagi. penasaran siapa saja yang hadir di timeline. topik apa yang sedang heboh di bicarakan. ada yang mention gue gak ya? atau alasan-alasan yang lain.

kehebohan itu benar-benar seperti warung kopi di sebuah kompleks perumahan, dimana semua orang saling kenal. disitu mereka semua bercerita, melucu, curhat atau apapun, tapi dalam kalimat-kalimat pendek yang ditanggapi dengan kalimat-kalimat pendek pula. itulah twitter. menyenangkan :)

lalu, pada akhirnya, warung kopi itu akan tutup. semua pergi satu-persatu pulang ke rumah dengan membawa keceriaan, kegundahan, kekecewaan, impian dan cerita baru. lalu di rumah, dengan segala kehangatan dan kesederhanaannya, mendengar cerita kita pada hari itu. segala kegundahan kita dalam sebuah narasi. segala impian kita yang deskriptif dan cerita-cerita panjang kita yang sering kali bersambung.

rumah itu adalah blog. dimana kata-kata tidak pernah dibatasi. dimana kecerdasan kita dalam merangkum dalam kalimat pendek tidak dibutuhkan. dimana keindahan sebuan narasi deskriptif yang panjang dan bertele-tele sangat dihargai.

kalimat dalam tulisan @katarangga itu akan selalu gue ingat.

'... kita semua akan selalu kembali ke rumah.'

sebenarnya tulisan ini bukan tentang blog atau twitter. tulisan ini juga bukan tentang @katarangga yang permainan kata-katanya sering buat gue tersenyum sendiri (meskipun tulisan ini mengambil analogi yang sama dengan tulisan dia).

tulisan ini tentang bagaimana rumah sebagai penyeimbang dari keruwetan hidup. bagaimana rumah itu menjadi lorong menuju sebuah rasa tenang dalam meditasi. bagaimana rumah dapat memeluk kita dengan hangat tanpa meminta imbalan apapun. paling nggak, buat gue :)

seiring berjalannya hidup, manusia perlahan-lahan akan meninggalkan rumah. semakin bertambah umurnya, semakin lama dia berada diluar rumah. untuk alasan apapun juga. entah untuk bekerja, bersenang-senang ataupun untuk hal-hal yang berbau negatif ;) kondisi ini berujung pada satu kondisi dimana rumah itu menjelma menjadi "hotel". bangun pagi - mandi - sarapan - berangkat beraktifitas - malam pulang - mandi - tidur. siklus yang tidak terhenti. sampai-sampai kita bisa lupa fungsi rumah yang sebenarnya itu apa.

pernah bokap gue menegur, 'yudi, berapa lama kamu ada diluar rumah? berapa lama kamu ada di rumah dalam kondisi terjaga? berapa lama kita berkomunikasi? seimbangkan itu. karena hal itu penting saat kamu berkeluarga nanti dan juga sekarang.'

dalam hati gue berhitung. gue di luar rumah paling sedikit 12 jam. gue ada dirumah dalam kondisi terjaga 4 jam. dan gue berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain paling cuma 5-15 menit. apa itu seimbang? quality time? masa iya quality time itu cukup dalam waktu 5-15 menit? itu sih cuma dapat obrolan basa-basi yang tidak mendalam. cuma menanyakan kabar dan tertawa sedikit-sedikit. kualitas seperti apa yang bisa didapat dari komunikasi yang pendek itu? KW 3 mungkin :p

dulu gue rasa hal itu adalah non sense. useless. gue jalanin hidup gue sendiri. gue tentukan arahnya kemana. gue tanggung semua resikonya dan gue nikmati semua hasilnya. bener dong?

nyatanya, semua itu berakhir dengan hambar. tidak berbekas. hidup gue lewat begitu saja. detik demi detik lewat tanpa terasa. apa gunanya hidup seperti itu? harusnya hidup itu dilewatkan dengan meninggalkan banyak memori dan pelajaran.

twitter menyediakan sarana berkomunikasi yang cepat. apa yang anda tulis 2 minggu yang lalu pun belum tentu masih ada dan dapat dibaca. apa yang dikatakan singkat, padat tanpa (mengutip @katarangga) elaborasi yang dalam. semua begitu singkat, cepat, emosional dan mudah terlupakan.

selayaknya blog yang dapat kita baca berulang-ulang dan dapat di telusuri dari awal hingga akhir, itulah hidup yang indah. tulisan yang dibaca oleh orang-orang yang benar peduli dan rela meluangkan waktunya untuk berdiskusi di tulisan-tulisan yang dia pilih. diskusi dalam dan hangat. sehangat sebuah rumah.

ijinkan gue sekali lagi mengutip

'Tapi kita semua tahu bahwa senyaman apa pun tempat kita berada di luar, seramai apa pun itu…


Kita akan selalu kembali ke rumah'
ah lega rasanya sudah mencurahkan pendapat gue di tulisan ini. pendapat yang terbendung dari entah kapan sejak pertama gue baca tulisan @katarangga. kayak akhirnya pup setelah sebulan nggak pup -____-'

cheers

(tulisan @katarangga dapat lo baca disini Antara Warung Kopi dan Rumah by @katarangga)

No comments:

Post a Comment